Bongkar Rahasia Hidup Centenarian, Jadikan Longevity Bukan Sekadar Khayalan!
Kesan apa yang sering kali muncul saat melihat seseorang dengan usia ratusan tahun? Menginginkan untuk mengalami hal serupa atau justru sebaliknya? Kita mungkin bertanya-tanya, bagaimana kondisi mental dan fisik mereka karena proses penuaan yang dialami begitu panjang. Bahkan, fakta yang tidak dapat dielakkan adalah fungsi setiap organ dalam tubuh mereka telah mengalami kemunduran.
Sejalan dengan proses penuaan, sebenarnya sel yang rusak terus mengalami daur ulang agar tidak terjadi penumpukan secara berlebihan. Proses ini disebut autophagy, di mana komponen sel dibawa ke lisosom untuk didaur ulang. Sayangnya, saat seseorang menjadi lansia, proses autophagy ini tidak akan berjalan dengan baik. Lalu, apa yang menjadikan kondisi para manula tetap sehat bahkan saat mencapai usia 100 tahun?
Menjadi centenarian rasa-rasanya adalah sebuah pencapaian yang mengagumkan. Pasalnya, kualitas hidup bisa menurun, bahkan saat seseorang baru hampir menjadi lansia. Centenarian adalah orang yang telah hidup selama lebih dari 100 tahun. Tidak heran jika mereka dianggap berhasil menghadapi ancaman penyakit akibat penuaan yang notabene dapat menurunkan kualitas hidup. Pada usia tertentu, umumnya orang akan mengalami banyak gangguan dalam kesehatan. Namun, centenarian mungkin mengalami gangguan ini saat usia mereka jauh lebih tua dari itu, atau tidak separah orang pada umumnya.
Faktor Penentu Centenarian
Selain umur panjang yang tidak disertai penyakit berat, ciri yang umumnya melekat pada centenarian adalah tidak mengalami kelebihan berat badan, bahkan bentuk tubuhnya cenderung kurus. Banyak faktor yang memengaruhi seseorang untuk dapat menjadi centenarian. Beberapa diantara faktor ini terjadi di luar kendali, sementara yang lain sepenuhnya menjadi keputusan kita. Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi panjangnya usia seseorang.
Gen
Gen dalam tubuh manusia memainkan peran penting dalam menentukan umur panjang. Pada individu yang mencapai usia 103 tahun atau lebih, faktor genetik diyakini memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan pola makan. Salah satu gen yang dikaitkan dengan umur panjang adalah Apolipoprotein E (ApoE), yang berperan dalam metabolisme lipid, termasuk pengangkutan kolesterol dan trigliserida ke seluruh tubuh. Gen ApoE memiliki beberapa varian alel utama, yaitu ε2, ε3, dan ε4, yang diwarisi dari kedua orang tua. Varian ApoE ε2 dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular dan kemungkinan berkontribusi pada umur panjang, sementara ApoE ε4 cenderung meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer. Meskipun faktor genetik seperti ApoE berperan dalam menentukan kemungkinan seseorang menjadi centenarian (individu yang hidup hingga 100 tahun atau lebih), faktor lingkungan, gaya hidup, dan kesehatan secara keseluruhan juga berkontribusi secara signifikan.
Epigenetika
Epigenetika adalah semacam sistem di dalam tubuh yang mengontrol bagaimana gen-gen kita dinyalakan atau dimatikan tanpa mengubah urutan dasar DNA. Epigenetik memiliki keterkaitan yang kuat terhadap proses penuaan karena perubahannya memberikan pengaruh terhadap bagian-bagian materi genetik sehingga berdampak pada ekspresi gen yang menjadi tidak normal. Perubahan ini juga menyebabkan elemen-elemen pemicu ketidakstabilan dalam genom. Dengan kata lain, selama penuaan, kontrol atas bagaimana gen diekspresikan dalam sel berubah. Perubahan ini tentu memiliki konsekuensi negatif pada fungsi seluler dan kesehatan secara keseluruhan. Pola makan seseorang, bahkan sejak dalam kandungan, dapat memengaruhi cara gen berfungsi tanpa merubah DNA.
Gender
Jenis kelamin ternyata memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan umur panjang. Berdasarkan data dari Office of National Statistics diketahui bahwa tingkat kematian laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Perbandingan dalam mencapai umur 100 tahun antara perempuan dan laki-laki adalah 5:1. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain lebih rendahnya hormon estrogen yang berkaitan dengan penuaan sehat pada pria. Selain itu, lobus frontal otak pada pria yang berfungsi sebagai pengontrol tindakan berkembang lebih lambat sehingga memungkinkan laki-laki memiliki gaya hidup yang lebih berisiko dibanding wanita, seperti merokok, mabuk, atau ceroboh saat berkendara.
Pola hidup sehat
Kebiasaan yang sangat identik dengan kesehatan dan tentu telah diketahui oleh banyak orang adalah olahraga. Olahraga memungkinkan seseorang melakukan aktivitas sosial dan sangat membantu melawan dampak buruk proses penuaan. Berolahraga di ruang terbuka hijau dan jauh dari polusi akan semakin meningkatkan kesehatan mental.
Mengelola stres
Para centenarian diketahui telah memiliki kemampuan mengelola stres yang begitu baik. Kunci yang mereka pegang adalah berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Kehati-hatian ini cenderung membawa para centenarian menghindari gaya hidup yang berisiko bagi kesehatan. Saat seseorang lebih sadar untuk mengelola stres, mereka akan lebih memilih untuk tidak mengambil tindakan seperti merokok atau minum alkohol saat menghadapi situasi tidak baik.
Konsumsi buah dan sayur
Mengkonsumsi buah dan sayur yang dapat memicu mikrobiota usus akan sangat mempengaruhi umur panjang. Para centenarian diketahui memiliki kesehatan usus dengan keanekaragaman spesies mikrobiota inti dan gen mikroba yang lebih tinggi dibandingkan para lansia yang usianya cenderung lebih muda daripada mereka. Kondisi ini dipicu oleh pola makan vegetarian.
Eratnya Hubungan Makanan Nabati dengan Penuaan Sehat
Faktor penentu umur panjang seperti gen, epigenetika, dan gender merupakan kontributor dalam proses penuaan dan tak dapat dikendalikan. Sementara itu, pola hidup sehat menjadi penentu yang sepenuhnya dapat kita upayakan. Perlu yang kita ketahui yakni bahwa pengaruh pola hidup terhadap proses penuaan jauh lebih kuat dibandingkan faktor genetik. Faktor genetik memiliki peranan sebesar 20% dalam proses penuaan, sementara sisanya ditentukan bagaimana pola hidup yang kita terapkan.
Dr. Hyman, seorang dokter yang juga pemimpin, pembicara, pendidik, dan advokat yang diakui secara internasional di bidang kedokteran fungsional, menyampaikan bahwa apa yang kita makan adalah penentu kesehatan kita. Dalam bukunya yang berjudul "Food Fix: How to Save Our Health, Our Economy, Our Communities, and Our Planet One Bite at a Time" ia membahas bagaimana makanan benar-benar berdampak bagi orang yang mengonsumsinya.
Klinik tempat ia bekerja mendapatkan bukti bahwa makanan merupakan pencegah penyakit. Hal ini berbicara bahwa makanan yang dikonsumsi sehari-hari menentukan proses penuaan sehat. Konsumsi makanan nabati dan menghindari makanan ultra proses seperti nugget, keripik, atau hotdog menjadi satu strategi yang telah terbukti dapat mencegah bahkan membalikkan penyakit kronis.
Tak Suka Konsumsi Buah dan Sayur, bisakah menjadi Centenarian?
Familiar dengan Emma Morano, seorang nenek asal Italia yang diberitakan mencapai usia fantastis, yaitu 117 tahun? Sebuah laman medis dan penuaan menyebutkan bahwa wanita kelahiran 1899 ini memiliki pola makan yang unik, yaitu mengonsumsi makanan yang sama setiap hari. Ia mengonsumsi sayur dan buah dengan sangat minim dan lebih banyak konsumsi telur, baik mentah maupun yang sudah diolah.
Sejauh ini, banyak penelitian yang mengungkapkan banyaknya manfaat dari makanan nabati. Selain itu, belum ditemukan hasil penelitian yang menyarankan untuk meminimalkan konsumsi buah dan sayur. Bahkan mengonsumsi makanan nabati memberikan manfaat kesehatan yang jauh lebih besar dari yang kita kira. Saat, porsi sayur dan buah lebih mendominasi isi piring berarti kita telah menekan asupan karbo dan lemak jenuh.
Konsumsi lebih banyak buah dan sayur (bukan dalam bentuk jus) adalah langkah untuk mencegah ancaman hipertensi, kanker, stroke dan penyakit jantung. Selain penyakit kardiovaskular dan pencernaan, gangguan kesehatan mata akibat penuaan seperti katarak dan degenerasi makula dapat dicegah dengan konsumsi makanan nabati secara konsisten.
Bagaimana dengan rutin konsumsi telur yang dilakukan oleh Emma Moreno sehingga ia dapat mencapai usia yang sangat fantastis? Telur adalah makanan kaya nutrisi yang mengandung protein berkualitas tinggi, mikronutrien, dan beberapa vitamin. Orang yang konsumsi telur tiga sampai enam per minggu memiliki risiko kematian yang lebih rendah dibanding yang tidak mengonsumsi. Akan tetapi, setelah mencapai usia 35 tahun, konsumsi telur lebih baik dibatasi menjadi maksimal empat kali per minggu. Akan tetapi, terlepas dari manfaat makanan nabati dan telur, pola makan yang diterapkan oleh Emma Moreno ini adalah saran dokter untuk mengatasi anemia yang dideritanya.
Kesimpulan
Memiliki kualitas hidup yang luar biasa hingga usia lanjut tentu menjadi sebuah dambaan. Banyak kelompok orang yang telah berhasil menjadi mencapai usia lebih dari 100 tahun dengan kesehatan yang maksimal. Mereka disebut dengan Centenarian.
Pencapaian ini tentu dipengaruhi beberapa faktor, yaitu gen dalam tubuh, epigenetika, gender, dan pola hidup. Pola hidup, adalah faktor penentu untuk mencapai hidup sehat berkualitas yang dapat kita upayakan. Berbeda dengan epigenetika, gen, dan gender, meski memengaruhi proses penuaan, faktor ini tidak dapat kita kendalikan. Pada kenyataannya, pola hidup memegang peranan yang jauh lebih besar dibanding genetika.
Selain berolahraga, pola makan menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Bahkan, dapat dikatakan bahwa sehat atau tidaknya kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita makan. Makanan nabati, menjadi opsi terbaik untuk mencapai kesehatan yang maksimal.
Mencapai usia 100 tahun dan tetap sehat memang memerlukan faktor pendorong yang lengkap, yaitu genetika dan pola hidup. Akan tetapi tetap berupaya memaksimalkan kualitas dan usia dengan memiliki pola hidup sehat adalah sebuah langkah bijak. Dengan pola hidup sehat, kita akan dapat menikmati hidup dan tetap produktif sepanjang usia kita.